Tuesday 20 November 2012

[Sepak Bola] Roberto Carlos Dan Kisah Burgatti Veyron


Mengapa Roberto Carlos? Si plontos dengan tendangan geledek ini adalah duta Anzhi. Tugas generik dia adalah mengembangkan sepakbola di kawasan Dagestan, republik dengan ibukota Makhachkala di Federasi Rusia yang terletak di utara Kaukasus. Tugas spesifiknya menjadi Direktur Olahraga FC Anzhi, klub yang digadang-gadang Kerimov menjadi meteor di Benua Biru.
Well, Roberto Carlos adalah belanja penting pertama Anzhi. Dia dibeli Kerimov dari Corinthians Februari tahun lalu seharga 10 juta pound dengan durasi dua setengah tahun. Ban kapten lalu melilit di lengannya. Lewat Roberto Carlos pula Anzhi berhasil merayu sederet bintang-bintang top macam Jucilei da Silva, Balázs Dzsudzsák, Yuri Zhirkov, Lassana Diarra, Chris Samba dan yang fenomenal Samuel Eto’o.
Maret lalu, Roberto Carlos pensiun di Anzhi dengan catatan perjalanan karir yang penuh warna: menghabiskan 820 pertandingan bersama tujuh klub yang berbeda di Amerika Selatan dan Eropa; 15 tahun di luar Brasil; serta memenangkan 23 trofi termasuk Piala Dunia 2002 bersama Brasil yang dibelanya 125 kali.
Dunia sepakbola tentu saja kehilangan Roberto Carlos ketika . Akan tetapi, Kerimov menyodorkan pemain kelahiran sao Paulo 10 April 1973 itu tawaran baru: Direktur Olahraga FC Anzhi. Dan sebulan setelah “si kaki kiri beracun” itu resmi gantung sepatu, Kerimov juga menyodorkan hadiah yang super-menggiurkan: Bugatti Veyron!
Saya harus bilang wow gitu? Iya, harus. Ahahahaa..
Bugatti Veyron adalah mobil mewah. Mobil papan atas dengan kecepatan tinggi yang menjadi primadona di Eropa, bersaing dengan Lamborghini dan Ferrari. Dengan varian Veyron Super Sport, yang memegang angka 431 km/jam (267 mph), menjadikan Bugatti Veyron menjadi mobil super tercepat yang legal dikendarai di jalan umum.
Mau tau harga super-car yang diproduksi di Molsheim, Prancis ini? Jangan kaget: 2,4 juta dolar AS atau sekitar Rp 23 miliar! Mobil jenis ini limited, hanya tersedia 30 unit di seluruh dunia. Dan salah satunya milik Roberto Carlos, hadiah dari bosnya di Anzhi: Suleyman Kerimov.
Baik banget Kerimov. Tapi boleh jadi itu hanya penghargaan untuk jasa baik dan totalitas Roberto Carlos buat Anzhi. Sebut juga Roberto Carlos beruntung.
Oke. Di mana Bugatti Veyron dikendarai Roberto Carlos? Apakah di jalanan Moskow yang riwuh? Atau di jalan-jalan rusak di kota Makhchakala yang tidak aman sebab sering terjadi bentrok parah antar-etnis— dan ini menjadikan kota tersebut sebagia kota paling berbahaya di dunia?
Tidak. Roberto Carlos mengirim Bugatti hadiah Kerimov itu ke Madrid, ke kota di mana dia pernah menghabiskan 11 musim yang penuh warna bersama Real Madrid. Ya, bersama Real Madrid, Roberto Carlos beredar 11 tahun dengan 370 caps, 46 gol – produktif untuk seorang bek-sayap seperti dia – memenangkan 4 gelar La Liga, tiga Liga Champions dan dua trofi Piala Dunia Antarklub.
Dominasi karir Roberto Carlos di Real Madrid juga menempatkannya sebagai satu dari 19 pemain yang pernah beredar di lebih 100 caps Liga Champions. Tahun 2004 dia juga masuk dalam “125 Greatest Living Footballers” anugerah dari Pele. Tahun 2007 dia menjadi nomer dua setelah Ronaldo yang terpilih sebagai Pemain Terbaik Dunia.
Tahun itu pula, tepatnya 3 Juni 1997, saya menjadi orang yang beruntung bisa menjadi saksi hidup terciptanya satu gol sangat spektakuler Roberto Carlos. Mediumnya Tournoi de France, turnamen pemanasan jelang Piala Dunia. Ya, saya hadir langsung di Stade de Gerland di kota Lyon, menyaksikan duel Brasil vs Prancis yang berakhir imbang 1-1.
“Impossible goal. Tapi itu sudah terjadi di depan mata kita,” kata Tadashi Itoga, rekan saya dari Asahi Shinbun ketika itu.
Gol dari Roberto itu memang mengundang takjub, yang membuat Fabien Barthez menganga, yang membuat banyak orang terpana dan gol itu hingga kini terus dibahas bahkan dengan melibatkan pakar fisika segala.
“Tendangan Carlos diawali dengan lintasan melingkar klasik tapi tiba-tiba berubah menjadi membungkuk dengan cara spektakuler dan menuju gawang, meskipun tampak keluar dari target sebelumnya,” kata Christophe Clanet dan David Quere, dua peneliti dari Ecole Polytechnique.
Carlos melesakkan tendangan itu dari jarak sekitar 35 meter. Dia mengambil ancang-ancang hampir sepuluh meter, berlari pelan dan plak!! Bola sebatas dada itu melesat, melengkung, tajam dengan kecepatan 136 km per jam! Luar biasa. Nyaris sepertiga dari kecepatan maksimal Bugatti Veyron milik Carlos.
Apa hubungannya? Ah, tidak ada. Saya hanya ingin menjelaskan, totalitas dalam hal apapun, di semua lini, bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal. Dan Carlos adalah salah satu contoh penting. Berkacalah!
Salam sepakbola.


Referensi : SuperSoccer

No comments:

Post a Comment